Ditinggal 2 bulan, kantor saya perang

Setelah saya tinggal kurang lebih 2 bulan (eh, lebih ding!), ternyata 2 subdin di kantor saya, yaitu subdin saya (subdin usaha) dan subdin T.U. perang. Perang ini dipicu dengan tidak masuknya saya ke kantor kemudian beberapa komputer rusak dan dikarenakan saya yang mbiasa benerin ngabur, salah satunya adalah komputer milik subdin saya. Nah, dikarenakan saya memang gak ada, kasubdin saya mengambil inisiatif untuk memperbaiki komputer dengan menggunakan bantuan asing, yaitu RANUH komputer milik pak Latief. Oleh para dokter di sana, komputer tersebut divonis menderita penyakit yang bisa disembuhkan dengan operasi berbiaya 480 ribu rupiah. Oleh karena itu, kasubdin saya mengirim utusan kepada bendahara T.U. untuk mencairkan dana tersebut.

Sayangnya, bendahara T.U. tidak mempercayai ucapan tersebut dan menyuruh komputer tersebut ditarik dari ranuh komputer dan diperbaiki oleh orang utusan T.U. Utusan dari subdin saya merasa kurang senang terhadap hal itu, karena menurut beliau, tidak ada urusan subdin T.U. mencampuri keuangan subdin usaha, karena uang perbaikan adalah jatah masing-masing subdin. Bendahara dari subdin usaha kemudian menuduh bahwa orang T.U. mau masukin kelebihan uang ke dompet.

Akhirnya komputer tersebut diperbaiki oleh utusan dari subdin T.U. dan menghabiskan anggaran sebesar 350 ribu rupiah. Tapi masalah belum selesai, karena subdin-subdin tersebut saling tersinggung, saling boikot terjadi.

Subdin T.U. yang menguasai daftar absen karena memang absen tersebut terletak di subdin T.U. memblokade setiap anggota subdin usaha yang mau ngisi absen pagi, sehingga selama dua bulan semua anggota subdin usaha terlambat terus. Mereka juga memblokade jalan ke ruangan Kepala Dinas karena memang hanya lewat T.U. satu-satunya jalan sehingga orang-orang subdin usaha hanya bisa menghubungi Kadin pulang jam kantor.

Subdin usaha juga tidak mau kalah. Mereka membolkir tempat parkir beratap disamping ruangan subdin usaha sehingga tiap pulang kantor siang-siang, semua anggota T.U. harus merasakan efek testis panggang. Kantin kantor yang berada di naungan subdin usaha juga diblokade sehingga bapak-bapak T.U. pusing nyari rokok dan kopi sehingga harus jalan ke warung 100 meter dari lokasi kantor.

Saya pengen tahu akhirnya, apaan seh sampe bekelai rusaknya komputer ini dan bikin mahal? Maka saya periksa dan saya bongkar jeroan komputer itu. Kok gak ada yang diganti? Akhrinya ya sudah, saya nyalakan ulang dan liyat,

Ooohh…
Ternyata install ulang windows.

BAJAKAN LAGI…

Jadi, pemerintah indo? Kapan neh igosnyah?