Banyak pendukung pak Prabowo yang kecewa dengan keputusan Mahkamah Konstitusi malam ini. Yang mengejek MK sebagai Mahkamah Kecebong juga muncul. Padahal beberapa hari yang lalu sempat ngemanis-manisin MK, dan semangat-semangatnya membanggakan tim pak Prabowo beserta saksi-saksinya. Sekarang tidaklah ada keceriaan dan semangat di postingannya.
Saya merasa, yang dibela mati-matian oleh mayoritas orang-orang ini bukanlah pak Prabowo, apalagi Indonesia, lebih lagi Tuhannya. Yang dibela adalah diri mereka sendiri. Dalam psikologinya, ini adalah self defense mechanism, mekanisme pertahanan diri. Bukan harkat dan martabat bangsa dan cinta NKRI yang dibela, tapi harga dirinya.
Membela Tuhan, Agama, Indonesia, apalagi pak Prabowo, sejatinya tidak ada dalam hatinya. Repotnya, banyak dari mereka yang sama sekali tidak sadar. Mereka menganggap yang dibelanya adalah itu semua. Harga diri masing-masing adalah yang paling utama.
Bisa jadi ini semua dikarenakan kebanyakan dari mereka terlalu go public dalam menyatakan dukungannya. Umbar-umbar siapa yang dipilihnya. Jika yang dipilihnya gagal, tentunya mereka akan menanggung malu yang luar biasa.
Ya, kemaluan yang luar biasa. Nggak pake tanda kutip loh ya.
Kekalahan dari jagoan yang selama ini sudah disembah di ranah publik terus-terusan tentunya akan membuatnya merasa takut akan malu di masyarakat luas nantinya. Ini yang sangat mereka takutkan, sehingga membela mati-matian.
Sudah kadung masuk lumpur comberan, antara diketawain orang banyak, atau berhasil nemu kalung emas di kubangan itu.
Sayangnya sedari awal, emasnya emang ga ada.
Itulah makanya sebenarnya negara sudah mencoba mendidik dengan sosialisasi berkali-kali tanpa henti bahwa pemilu itu baiknya bersifat rahasia tentang siapa pilihannya. Tidak usahlah diumbar-umbar.
Untungnya pak Jokowi orang Jawa. Setidaknya doanya dikabulkan, nggak dikasih pemimpin cina. Yekan?
Leave a Reply