Posted by: Black_Claw | May 30, 2022

Kejadian-kejadian Aneh Di Rumah Saya

Selama satu setengah tahun saya tinggal, banyak keanehan yang terjadi di rumah ini, rumah yang seken tapi baru. Nggak usahlah KKN ke desa antah berantah itu, mending KKN aja di rumah saya.

Sebenarnya, ide membeli rumah ini terinspirasi dari adik saya. Sakin luntang-lantungnya kami di ibukota tanpa warisan, kami pengen punya rumah terus tinggal bareng. Usul adik saya, beli aja rumah angker. Kan harganya murah. Kalau ada setannya, tinggal bilang “Kalau ga suka, situ aja yang pindah. Kami nggak bakal pindah karena kemiskinan jauh lebih mengerikan.”

Setelah ngumpulin duit, saya beranikan ngambil rumah baru di Maja. Tapi ya, cewe kan gitu. Semakin sayang kamu, semakin gampang dia pergi. Adik saya yang pertama menikah dan pindah ke Kalimantan ngikut suaminya, yang saya restui karena punya rumah dan mobil. Adik saya yang kedua juga nikah, jadi rumah yang di Maja saya ikhlaskan buat dia aja.

Setelah nyari-nyari rumah yang bisa kebeli, nemulah rumah ini. Saya pikir cukup untung. Rumahnya rumah kosong tua yang direnov, dibangun sampe full. Kalau beli baru, dengan harga yang sama cuma dapat yang luasnya setengah dari rumah ini. Karena beli cash, dapat diskon, lagi.

Ajib.

Perkara setan dan semacamnya, orang-orang di kampung saya nggak gitu ngurusin. Dalam pandangan umum di Dompu, mahluk halus itu bukan entitas yang negatif atau positif, tetapi netral. Hantu, jin, penunggu, dan semacamnya itu masyarakat juga, tergantung kitanya bisa berkawan atau nggak.

Jadi, bagi orang Dompu, semua tempat pasti ada mahluk halusnya. Kalau Tionghoa mirip sama konsep Tu Di Gong atau Tua Pek Kong, Kejawen bilangnya Sing Mbaurekso, Tionghoa Jawa malah memanggilnya sebagai Encek untuk menggambarkan kedekatannya dalam kehidupan sehari-hari. Nah, orang Dompu mengenal entitas semacam ini sebagai Parafu.

Lha, kok disama-samain? Gini baraya, cocokologi itu untuk mencari kesamaan untuk meniadakan jurang perbedaan. Bukan untuk mencari kitab mana yang paling benar.

Orang-orang yang menikah dengan orang Dompu sering kali kurang tepat memahami konsep Parafu ini, dianggap sebagai roh atau arwah nenek moyang. Arwah atau nyawa itu sebutannya Nawa atau Mari Morina. Orang Dompu itu percaya, nenek moyangnya memang mahluk gaib. Jadi, dari awal, emang formnya udah kayak gitu.

Di kepercayaan asli orang Dompu, kalau mati, jiwa kamu, nawa kamu, akan menyatu lagi dengan alam. Menjadi bagian dari Parafu ini. Menyatu dengan nenek moyang. Karena kamunya sudah menjadi collective knowledge, kamu kadang bisa muncul, memberi petuah ke orang-orang.

Sama kayak Aerith di Final Fantasy. Setelah mati, dia menyatu dengan lifestream. Kadang ntar muncul di hadapan Cloud Strife. “Kichatta, ne. Jibun ga kowaresou na no ni… Ne?”

Jadi, kalau orang Dompu itu meninggal, kira-kira ini yang terjadi.

“Standing by… tit, tit, tit.”
“Henshin!”
“Change papaparafuuu! Jegreeeng! Complete!”

Mahluk-mahluk gaib yang lain, dulu, sebenarnya juga tercipta dari the great spirit ini. Secara nenek moyangnya orang Dompu juga gaib, maka sebenarnya semuanya satu nenek moyang. Jadi masih basodara gitulah. Karena masih saudara, semua mahluk gaib itu pasti urusannya bisalah secara kekeluargaan.

Makanya, mayoritas orang Dompu itu bisa dipastikan semi-shaman. Kalau bisa bela diri ya magic knight.

Setidaknya sampai generasi 90an, ya. Generasi setelah itu mungkin nggak karena mahluk halus asli Indonesia dijadiin konten sampe nggak ada marwah di Tiktok.

Jadi, ya, rumah itu saya ambil. Pindahlah saya ke rumah itu. Benar kata yang jual. Dari rumah itu masih rumah tua, direnov, sampe dibeli saya, belum ada yang nempatin. Klosetnya aja masih bungkus plastik. Begitu saya masuk, saya disambut dengan bangkai kecoa, dan seekor laba-laba segede piring makan yang nangkring di dapur.

“Misi mbah, saya yang mau tinggal di sini. Udah balik nama.” Saya permisi sambil memungut bangkai kecoa terdekat, dan ngasiin laba-laba segede piring itu. Laba-laba itu nyaplok bangke kecoa, terus pergi.

Keanehan pertama yang saya rasakan setelah menempati rumah ini, adalah air yang selalu keluar dari pipa saluran pembuangan kamar mandi di depan. Mau ada yang mandi, nggak mandi, selalu ada air yang mengucur ke got dari pipa itu. Debitnya konstan, nggak gede.

Kalau mandi kelamaan, kamar mandinya jadi sering kegenang. Saya rasa ada yang tersumbat di saluran itu.

Akhirnya, pipa itu saya sogrok dengan besi bangunan bareng tetangga. Besi panjang itu masuk sampe abis ke dalam. Setelah masuk semua, besinya langsung nyangkut, nggak bisa ditarik lagi. Saya cek ke kamar mandi, ujung besinya nggak nongol.

Kata tetangga saya, sesaat sebelum nyangkut, kayak ada yang narik besinya. Saya heran.

“Mas, dari sini ke kamar mandi di tengah itu berapa meter?” Tanya saya ke tetangga yang memang orang bangunan.

“Enam meteran.”

“Lha, ini besi 12 meter. 6 meternya pergi ke mana?”

“Mungkin ke dimensi lain.” Jawab tetangga saya.

Akhirnya kami tinggalkanlah besi itu di sana. Sebelum bubar tetangga saya bilang, mungkin itu nyangkut karena penunggu rumah marah silit e disogrok.

Magrib, saya ke depan lagi. Sudah makan, sudah istirahat, sudah berenergi. Saya pegang ujung besi itu sambil ngomong, “mohon maaf mbah, soalnya kalau mandi, rumah bisa kebanjiran.”

Langsung saya tarik besi itu. Ajib, enteng bener nariknya. Padahal pas siangnya, sampe 5 orang yang narik, besi itu tetap nyangkut. Setelah ketarik sampe full, di ujungnya ada kresek putih tua compang-camping. Aliran air langsung lancar jaya. Saya kasih tau perihal kresek itu ke tetangga saya.

Mungkin, saat ngecor dulu, kreseknya dipake buat nyumbat pipa biar ga kemasukan adukan semen, terus ketinggalan.

“Tapi aneh ya? Masak kresek doang, 5 orang yang narik, besinya tetep nyangkut? Mungkin kreseknya buat jimat penglaris kali. ” Komentar tetangga saya.

Dari tetangga saya juga akhirnya saya tau kalau rumah itu setelah direnov 4 tahun nggak laku-laku. Sampai, akhirnya, yang jual datangin dukun.

“Iya, itu saya liat sendiri, malam-malam datang, terus ada yang komat-kamit gitu di depan. Akhirnya mungkin bau rumah itu tercium, sampai ke Jakarta.” Katanya, dan saya langsung ngakak.

Setelah itu, keanehan berikutnya terjadi. Saat hujan malam-malam disertai petir, kan saya lagi tidur. Kasur saya nggak pake ranjang. Langsung di atas lantai. Mendadak kasur saya basah semua. Saya langsung kebangun.

Pas itu, saya kan lagi mimpi dapet uang 10 milyar gitu, jadi saya pikir mungkin saya orgasme sampe mimpi basah. Tapi kok basahnya nggak kental? Apa saya ngompol, tapi kok airnya dingin? Apa mungkin iler, tapi kok ga bau?

Saya cek, ternyata seluruh lantai seluruh rumah basah. Semua kran mati. Saluran pembuangan belakang nggak luber. Ternyata airnya dari dinding ruang tamu. Bukan sekedar rembes. Airnya ngalir gitu dari setengah dinding. Dinding ruang tamu jadi ada air terjun mini kayak yang di cafe-cafe gitu.

Saya coba sapu keluar airnya ga kering-kering. Saya coba tampung pake ember ga bisa karena ngalirnya di dinding, mau saya cek juga ga bisa. Karena hujan angin petir, akhirnya saya putuskan untuk bermalam di atas kitchen set.

Saya memandang lantai rumah. Satu rumah sekarang sudah penuh air, airnya ngalir keluar, ke garasi. Langsung terbayang di benak saya wajah maestreo Gesang menyanyikan lagu legendarisnya, Bengawan Solo.

“Air mengaaaliiir sampai jaaaa… Uuuuh. Akhirnya keee lauuut…”

Besoknya saya cek, ternyata dinding saya yang satu dinding dengan rumah sebelah yang kosong itu retak-retak. Karena rumah kosong di sebelah itu atapnya bocor, plafonnya jadi kolam. Akhirnya air satu rumah itu tembus ke dinding kamar tamu. Ya sudah, mau ga mau itu rumah kosong kudu diberesin.

Beberapa bulan berselang, di malam yang kondisinya mirip, ada yang lebih horor. Waktu itu saya belum tidur. Saya memandang dinding kamar saya, kemudian mendadak mati lampu. Hanya sebentar, sekitar semenit, kemudian nyala lagi. Tapi, begitu nyala, di dinding saya bagian yang deket plafon mengalir cairan berwarna hitam pekat.

Kayak darah setan di cerita-cerita horror gitu. Ini pasti atap bocor. Tapi secara udah kadung ga bisa apa-apa, ya udah, saya matiin lampu, terus mencoba tidur. Dinding kamar saya basah oleh air hujan campur kotoran plafon, bantal saya basah oleh air mata ini…

Paginya saya cek, ke atap, ternyata atap bagian belakang itu gentengnya genteng bekas semua. Saat renov, sepertinya bagian depannya pake genteng baru, yang belakang nggak. Jadi, kalau dilihat dari depan, yang belakang nggak keliatan.

Ya sudah, saya beli karpet talang, buat nutupin atap belakang. Karpet talang warnanya merah, kan ya. Jadilah sekarang kalau dilihat dari satelit, di atap rumah saya kayak lagi ada hajatan premier red carpet gitu. Nanti kapan-kapan bolehlah saya undang para pemeran Avengers ke atap rumah saya.

Nah, ada satu misteri yang belum terpecahkan di rumah saya, sampai sekarang. Di bagian belakang, dekat mesin pompa air, kan ada cor-coran gitu. Setengah meter kali 2 meter. Nah, cor-coran ini selalu ada genangan air.

Genangan air ini selalu ada. Dipel terus ditinggal semalaman, besoknya pasti udah ada lagi. Saking misteriusnya, tetangga saya bilang di situ ada putri mandi.

Putri goib.

Pompa nggak bocor. Talang ga bocor. Bukan pula rembesan dari rumah tetangga karena temboknya selalu kering. Jadi, hari ini, setelah sekian lama, saya putuskan untuk membongkar pompa karena saya lihat ada pipa yang jalurnya mengarah ke cor-coran itu. Kayaknya sumur panteknya dibawah cor-coran itu, ditutup semua.

Pompa saya lepas, pipanya menganga. Itu pipa dari sumur ke pompa, air merembes keluar dari pipa itu, dan saya biarkan aja. Ditunggu aja ampe kering. Sementara itu, saya ngelap pompa di ruang tamu.

Setelah 15 menitan, lantai ruang tamu malah jadi basah. Saya heran, maka saya segera ke belakang. Ternyata rembesan air dari pipa sumur itu keluar terus, nggak berhenti-berhenti. Ternyata sumur bor saya bukan sekedar sumur, tapi mata air. Air yang menggenang itu dari pinggiran pipa yang masuk ke cor-coran, nongol deket pompa.

Oh… Sekarang sumber air su deka.


Leave a comment

Categories