Posted by: Black_Claw | March 30, 2014

Review Anime The Raid 2: Berandal

Yoi, anda tidak salah membaca, dan saya tidak salah menulis. The Raid 2: Berandal, itu anime. Itu sudah bukan lagi film silat Indonesia, atau film action kelas-kelas The Expendables. Anda tahu manga Black Lagoon? Kegilaan level karakternya, adegan berantemnya, bahkan jumlah darah yang tumpah, which is hitungan galon, kurang lebih sama. Silcard Jenazad aja sampe bilang…

Silcardo_Jenazad

Ah, biarlah saya bercerita dulu bagaimana saya bisa nonton film silat keparat sianying keren ini. Alkisah, founder Onegai Shelter dengan nick DKazuma alias Wicaksono Hari Prayoga, seorang lolicon bastard yang tujuannya dilahirkan hidup ke dunia hanya untuk ngesub Byousoku 5cm bahasa Indonesia, entah dari mana menemukan empat tiket nonton gratis apapun di Cinema 21. Hari itu, harusnya sih sebenernya berempat nonton. Saya, dia, Budiyono, dan Risti yang bakalan nonton. Tapi mendadak Risti nggak bisa. Dan, jika ingatan saya tidak menghianati saya, kalau cuma tiga orang seperti kami dari id-anime yang melakukan sesuatu, biasanya nggak bener.

Coba saya ingat, errr… Kisaran tahun 2007 atau 2008 ya… Perayaan ultah id-anime dengan makan es pungpung di Jogja, kemudian… Oh, iya! Saya ingat! Kunjungan ke maid cafe (abal-abal) pertama di Indonesia bernama cupu-cupu itu, yang masakannya sux to the max, nasi gorengnya bikin saya nangis, dan tentu, foto legendaris si Wicak ini.

Kelakuan Founder Onegai Shelter

Kelakuan Founder Onegai Shelter

Ah… Id-anime, komunitas miskin otaku. Masih muda ya, waktu itu…

Jadi baik, ini review saya tentang film bujubuset gila sianying keren yang dibintangin sama mantan sopirnya si Budiyono (serius) ini. The Raid 2: Berandal

FUCK YEA!

FUCK YEA!

Adegan jotos-jotosan di film ini selayak-layaknya jotos-jotosan benaran, tetapi tetap indah. Oh, dan mematikan. Mematikan dalam arti sebenarnya. Memang beda, saat seseorang yang memang jago berantem disuruh berantem beneran kemudian direkam. Oh, dan film ini penuh dengan indirect language, bahasa tidak langsung, bahasa kiasan, bahasa yang tidak jelas ditujukan ke mana. Tapi tenang, anda tidak usah bingung. Nikmati saja tiap jotosan yang dilancarkan Iko Uwais ke muka lawannya. Seperti film The Raid: Redemption yang pertama, plotnya terlalu sederhana. Plot hole? Ah, nikmati saja. Kakak Iko dibunuh, kemudian ditancepin dupa, tapi di film pertama Iko Uwais solat? Anggap saja kakak Iko murtad. Toh jika FPI ada di film ini, tidak ada yang bisa mereka lakukan selain duduk cengo ngeliatin Iko mematahkan 30 tulang rusuk orang di penjara, Iko ngerontokin gigi sekumpulan orang yang lagi nonton film bokep, Iko yang matah-matahin leher orang sambil numpang di belakang mobil sedan, atau Iko yang membuat kepala orang satu gedung pecah tanpa bawa senjata.

Bagi mereka yang setia nonton film Indonesia, tentu akan tertawa melihat beberapa cameo bos kelompok mafia dan preman di film ini. Mereka biasanya mendapat peran yang jauh dari kesan sangar. Saya ngakak gila di bagian pembuatan film bokep, dan lebih ngakak gila lagi ngeliat bagian kereta api.

Oh, bicara tentang adegan pertarungan paling oke, menurut saya yang ini:

Om-om kumisan yang ngelawan Iko itu, stylenya like a boss. Kalau anda nonton trailernya, anda pasti tahu adegan dia jalan kicrit-kicrit ngedekatin Iko Uwais yang tiba-tiba di-cut itu. Yang mungkin belum anda tahu, dia bersenjatakan Karambit. Ini yang bikin greget. Senjata keparat ini, sangat susah didisarm, dimentahkan, dilepas dari tangan pemakainya. Mau dicabut dengan dipegang sambil ditarik, tangan bisa luka. Dihajar dari atas, nggak bakal kelepas karena punya cincin. Dulu, waktu saya masih suka berantem random di jalan, senior-senior saya ngasih saran buat mundur aja kalau ketemu lawan yang bawa kuku macan kayak gitu. Dan di film ini, FUCK, KARAMBIT SO KEEEEEEEEWWWWLLLLL!!! Indah dan mematikan sekalleee~

Puncaknya? Semua geng Indonesia habis dibabat sama Iko Uwais. Menyisakan geng Nippon Cahaya Asia, alias Jepun, alias Jepang. Teori saya, setting waktu pada film ini tentunya sebelum tahun 2011. Kira-kira pertengahanlah. Kemungkinan besar, sekumpulan yakuza inilah yang membuat JKT48 masuk ke Indonesia di akhir tahun tersebut.

Demikianlah. Tontonlah film ini dengan mengesampingkan logika anda, karena ya, tentu, ini adalah Anime. Anda akan menjumpai adegan kejar-kejaran di depan terminal bus Blok-M yang entah kenapa sepi, jalanan Jakarta yang bebas macet, serta dahsyatnya salju yang turun saat Yayan Ruhian lagi greget-gregetan di gang yang depannya ada penjual gerobak makanan Indonesia.

Tambahkan sejumlah bahasa Jepang dan orang Dai Nippon macam Kazuki Kitamura, Ryuhei Matsuda, dan Kenichi Endo yang menghiasi film ini, maka kesan Animenya semakin kental. Sianying, bahkan bahasa Jepangnya Tio Pakusadewo di film ini lancar pisan…

Setelah itu, sebagai finalnya, garnishlah dengan karakter petarung aneh dengan senjata aneh. Sebutlah cewek tuna rungu dengan palu tukang, dan mantan yankee bersenjata baseball bat, oh, dan bola baseball itu bisa jadi senjata. Bola menye-menye itu bisa menghajar muka orang sampai berdarah-darah dan meretakkan tembok. Kurang Anime apa coba, film ini. Tinggal tambah Godzilla muncul dari balik Sarinah aja, pasti langsung jadi genre Kaijuu yang ngalahin film Pacific Rim.

Pure Badass

Pure Badass

Terima kasih, Risti Nur Vina Tsani, dari kami bertiga, karena memberikan tempat duduk paling oke, tepat di tengah, balkon pula~♥


Responses

  1. jadi risti yg beliin tiket ngga ikutan nonton? kewwwlll

    Like

    • Nggak. Tiket nggak dibeli. Di… Errr… Reimburs. Terus dia pegi mudik ke Jawa Tengah. Harusnya sih Tegal.

      Like

  2. wahahaha, ngakak baca reviewnya.
    Besok baru bisa nonton.

    Like

  3. Sama-sama 🙂

    Like


Leave a comment

Categories