Posted by: Black_Claw | April 29, 2014

Gimana suara hati ini bisa nyampe ke kamu…

Kalau lagu coveran akustik, ada dua channel yang selalu saya tongkrongin di yutub. Lagu, bagi mereka bukan suara semata. Di tangan mereka, sebuah lagu coveran selalu menghibur saya berkali-kali lipat dibanding lagu asli. Dan hal tersebut bisa kejadian, tanpa perlu menggunakan alat rekam yang ribet-ribet itu. Direkam ngasal, mungkin istilah yang paling mudah.

Tentu, selalu menyenangkan saat melihat seorang, atau sekelompok seniman, melakukan sesuatu yang benar-benar mereka senangi. Musik, misalnya. Saat melihat mereka bermain, kita tidak saja mendengar nada-nada yang mereka hasilkan, tapi secara visual, cara mereka bermain keren. Walau mereka bermain sendiri, seolah-olah anda diajak ikut serta, menjadi bagian dari mereka. Mereka berkomunikasi, seolah-olah dengan segenap jiwa setulus hati mengucapkan ke penontonnya; “Gimana suara hati ini bisa nyampe ke kamu…”

Hal tersebut tidak akan bisa anda temui hampir di semua video klip mainstream. Cara paling gampangnya, adalah melihat mereka tampil Live. Entah konser, entah ngamen. Untuk yang kedua itu, itu lebih yahut dibanding nonton konser, karena mereka lebih bebas tampil semaunya. Yang berarti, mereka benar-benar melakukannya dengan senang. Anda boleh mengatai saya goblok. Saya pernah memberikan lima puluh ribu ke seorang seniman yang benar-benar niat dalam ngamen.

Oke, mari saya tunjukkan “pengamen-pengamen” favorit saya di yutub.

Yang pertama adalah kelompok ini. Mereka menamakan diri mereka Goosehouse. Rumah angsa. Pemainnya ganti-ganti, tapi coba anda lihat video mereka yang ini…

Lihat? Baju biasa, penampilan flat, sesukanya. Nggak ada seragamnya. Nggak jaim. Bahkan ngerekamnya saja itu saya nggak yakin masuk mikser… πŸ˜€

Tapi bentar, lihat… Lihat terus, lihat ekspresi mereka menyanyikan itu. Lihat? Mereka menikmati tiap nada yang mereka hasilkan. Itulah yang saya sebut sebelumnya dengan “Gimana suara hati ini bisa nyampe ke kamu…” Lihat, vokalis yang sebelah kanan itu, pas di 3:00, saat liriknya ada kata “Tsubomi”, yang artinya kuncup bunga, lihat tangannya! Dan suara mereka? Tidak, mereka tidak pake logat lebay macam “Akuh chau khau byahbyehbyuh” yang ada di Indonesian Idol itu. Dengarkan di 3:45, dia memasukkan emosi yang sangat nyata dalam suaranya. Idol grup nenek-nenek saja tahu itu. Kurang menjiwai apa coba? R00x d00d!!!1111!!!!

Oke, yang kedua, namanya Rangga Prajendra. Ho’oh, dari Indonesia. Judul videonya sih tutorial, tapi sumpah, saya nggak niat belajar gitar kalau nonton dia. Saya cuma pengen ngelihat terus denger dia nyanyi. Coba lihat videonya yang ini…

“Lagunya… Nggak susah. Kuncinya juga ga susah, rada ribet aja karena…” Katanya dengan penampilan yang jauh lebih ancur dari Goosehouse. Fuck logic lah, dan bertahanlah, dengarkan dia maen, dan perhatikan pula ekspresinya.

Lihat? Lihat? Dia maen dengan bahagia. Salah? Bodo. Nggak pake lirik? Bodo. Pake lirik ngasal? “Poooniteiruuuu, diiigoyang muluuu… Tetaplah menjadiii Sindiii Yufiaaa selaaamanyaaaa!” Bodo. Dan dewanya si Rangga Prajendra ini, untuk memainkan lagu itu dalam satu bait, sebenarnya nggak perlu sampai empat atau lima kunci, kadang cukup dua aja. Tapi ya dia begitu. BODO. Ini membuat mainannya dia terdengar seolah-olah orang yang main melody, tapi pake genjreng, bukan petik, dan tempo nggenjrengnya anjrot. Sumpah jir, itu indah sekallleeeeee~

Jadi demikianlah. Melihat orang melakukan sesuatu yang dia senangi dengan bahagia dan tanpa paksaan itu sangatlah indah. Kalau di musik, bahasanya “Gimana suara hati ini bisa nyampe ke kamu…”


Responses

  1. dan saya sukses subscribe chanel2 itu

    Like

  2. covernya keren, yang bikin gak enak suaranya si cowok

    Like

    • Ya sudah, kamu saja yang nyanyi. πŸ˜›

      Like


Leave a comment

Categories