Apa kabarmu, Dompu?
Sudahkah bulir-bulir air membasahi tanahmu?
Sudahkah arak-arakan petani yang bersemangat akan anugrah sang hujan beriring menuju ladang-ladang mereka?
Sudahkah para nelayan menambatkan perahu-perahu yang hiatus melaut karena cuaca yang tidak bisa diprediksi setiap tambaru cina?
Sudahkah keluar pucuk-pucuk hijau Angsana di depan kantorku, yang gugur bunganya pastilah indah di penghujung tahun lalu?
Apa kabarmu, radioku?
Seratus dua poin delapan, banjirkah halaman depanmu, sehingga suasana neo-venezia kembali mengiringi pancaran gelombangmu di kota kecil itu?
Dari aku, yang memikirkanmu saat dingin menerpa, di belantara beton kota Jakarta…
Leave a comment